Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template From:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 22 Desember 2011

Percayailah Yang Terbaik

Seorang kawan bertanya dengan nada mengeluh
“dimana letak keadilan Allah ? Telah lama aku memohon dan memintaNya satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan padaNya. Kujauhi segala larangan. Kutegakkan yang wajib. Kutekuni yang sunnah. Kutebarkan shadaqah. Aku berdiri di waktu malam. Aku besujud di waktu dhuha. Aku baca kalamnya. Aku upayakan sepenub kemampuan mengikuti jejak RasulNya. Tapi hingga kini Allah belum mewujudkan harapanku itu sama sekali”
Kemudian seorang pemuda menatapnya dan tertunduk sedih
“padahal ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. Tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segala telah tersaji. Dimana keadilan Allah ?”
Rasanya sang pemuda punya banyak kata-kata untuk kawannya. Dia bisa saja mengatakan “kamu sombong. Kamu bangga dengan ibadahmu. Kamu mengangap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana iblis terlena! Jangan heran kalau doamu tak dijabah. Kesombongamu menghapus kebaikan. Nilai dirimu hanya anai-anai berterbangan. Mungkin kawan yang kau rendahkan itu jauh lebih tinggi kedudukannya disisi Allah karena dia merahasiakan amalnya!”
Tapi dia tak mengatakannya, dia khawatir luka akan bertahan lebih lama daripada kesadarannya. Maka dia berkata.
“pernahkah engkau didatangi pengamen ?”
“maksudmu?”
“ya pengamen.”lanjutnya sambil tersenyum. “pernah?”
“iya. Pernah”.Wajahnya serius menatap lekat-lekat.
“bayangkan jika pengamen itu bertato, bertindik, wajahnya garang, suaranya mengerikan, kacau, parau, sumbang. Lagunya menyakitkan ulu hati. Apa yang kau lakukan ?”
“segera kuberi uang agar dia cepat pergi.” Jawabnya.
“Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas seperti penyanyi yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilanya rapi, bersih.apa yang kau lakukan ?”
“kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu, lalu kuminta mengulangi lagi dan lagi.”jawabnya sambil memejamkan mata membayangkan.
Sahabat tertawa.
“kau mengerti kan?” tanyanya. “bisa saja Allah juga berlaku begitu pada kita, para hambaNya. Jika ada manusia yang keji, mungkar, fasik, banyak dosa dan dibenciNya berdoa memohon padaNya, mungkin Dia akan berfirman kepada malaikat “Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak mendengar ocehannya. Aku benci mendengar suaranya. Aku risi mendengar pintanya.” ( Naudzubillah)
“Tapi,” dia melanjutkan sambil memastikan sang kawan menyimak tiap kata,” bila yang mengadahkan tangan adalah hamba yang dicintaiNya, yang giat beribadah, yang rajin sedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan sunnah; maka mungkin saja Allah akan berfirman pada malaikanNya “Tunggu! Tunda dulu saja apa yang menjadi hajatnya. Dan biarlah hambaKu ini terus meminta, terus berdoa, terus mengiba. Aku menyukai doa-doanya. Aku menyukai kata-kata dan isak tangisnya. Aku menyukai khusyu’ dan tunduknya. Aku menyukai puja-pujinya. Aku tak ingin dia menjauh dariKu setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintainya.”
“oh ya? Benarkah itu yang terjadi padaku ?” matanya berbinar.
“hmmm pastinya aku tak tahu.” Jawabnya sambil tersenyum. D ia agak terkejut. Kemudian sahabat segera menyambung sambil menepuk-nepuk pundaknya
“Aku hanya ingin kau berbaik sangka.”
Dan sang kawan pun tersenyum.
~ Salim A. Fillah_Dalam Dekapan Ukhuwah~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar